http://iwan.personal.blogspot.com/

Sabtu, 25 Desember 2010

Mengungkap Sejarah Sumatera Utara


HAMPIR SEPARUH dari warisan sejarah di Sumatera Utara dikhabarkan telantar. Warisan yang telantar itu berupa situs maupun bangunan bersejarah. Kondisi itu sesungguhnya sangat memprihatinkan, padahal daerah ini adalah satu provinsi terunik di Indonesia mengingat banyaknya warisan sejarah (historical heritage).

Di antara warisan sejarah itu seperti Masjid Raya Al Mahshoem, Istana Kesultanan Deli, Situs Kota Cina dan rumah pengasingan Bung Karno di Brastagi. Khusus bangunan bersejarah sebagai penanda kejayaan masa silam seperti bangunan bersejarah (historical sites) menjelaskan jejak perdagangan (trade of traces) di Sumatera Utara yang menyisakan peninggalan berupa keramik, mata uang, tembikar, archa, tulang belulang, batubara fagmen candi dan lain sebagainya yang berasal dari berbagai negara di dunia seperti China, Burma, Persia, India Selatan dan lainnya.

Apa yang diungkapkan oleh Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed) menyangkut terlantarnya warisan sejarah di Sumut itu sungguh sangat memprihatinkan kita semua. Apalagi warisan sejarah yang sangat langka itu nilainya sangat tinggi karena dapat mengungkap jejak perjalanan sejarah, bukan saja terkait keberadaan kota Medan atau Sumatera Utara tapi lebih jauh tentang peradaban Indonesia di masa silam. Karena itu apa yang dilakukakan Pussis Unimed melalui seminar bertajuk," Menyelamatkan Warisan Sejarah dari Proses Kehancuran" pada Senin (5/4) kemarin pantas didukung karena peduli terhadap situs sejarah yang ditelantarkan.

Beberapa fakta sejarah yang selama ini masih berselimut misteri sangat diyakini para ahli sejarah perlahan akan dapat disibak. Pengungkapan fakta sejarah yang menyebutkan di kota Medan sekitarnya terdapat beberapa situs penting di antaranya seperti Benteng Putri Hijau, Kota Rentang, Pulau Kampai, Barus, Portibi, Bukit Kerang, Tokok, Laut Tador dan lainnya yang secara umum situs bersejarah tersebut berasal dari abad ke-7 hingga 14 Masehi. Begitu pula terkait bangunan bersejarah (historical building) sebagai penanda perkembangan Sumatera Utara. Fakta itu bukan saja menunjukkan bahwa telah terjadi perdagangan era modern tapi juga penataan kota (geemente) maupaun kabupaten (afdeling) pada zaman perkebunan pengusaha mancanegara di Sumatera Utara ini.

Dengan pengungkapan berbagai fakta sejarah itu menunjukkan beberapa sisi pembangunan di kota Medan khususnya di Sumatera Utara serta lebih luas lagi meliputi Sumatera bisa terlihat dengan pengungkapan beberapa fakta.Sebagaimana diutarakan Ketua Pussis Unimed Dr. Phil Ichwan Azhari yang menyebutkan, bukti bahwa Medan dan kawasan lain di Sumatera Timur semakin berlari jadi kawasan yang maju, penduduk yang heterogen dan laju perkembangan yang semakin signifikan. Hal itu tercermin dari peninggalan perkebunan seperti Kereta Api Deli (Deli Spoorweg Matschappij) yang hingga kini jejaknya masih bersisa. Kereta Api itu sendiri sudah dibangun JT Cremer pada 1883 yang pada awalnya menghubungkan Medan - Belawan. Selanjutnya dirintis pembangunannya hingga ke Aceh dan Palembang yang disebut dengan Kereta Api Trans Palembang. Khusus Sumut tambah Dr. Phil Ichwan Azhari jalur Kereta Apinya sudah terhubung mulai Langkat hingga Rantau Prapat.

Berdirinya sebuah kota atau kawasan tidak terlepas dari sejarah bagaimana kota atau kawasan itu terjadi. Untuk mengungkapkan hal itu tentunya dapat diungkap melalui fakta yang ada. Karena itu peranan serta dukungan penuh dari pemerintah provinsi serta kabupaten/kota sangat penting untuk mengungkap fakta sejarah sebuah kota/kabupaten, seperti di Kota Medan khususnya serta Sumatera Utara pada umumnya. Kita tentu tidak ingin seluruh jejak sejarah kejayaan masa silam daerah ini terkubur bersama berlalunya waktu. Apalagi sudah sama kita ketahui, bahwa kawasan sejarah terkenal di dunia laku untuk dijual sebagai salah satu objek wisata. Karena itu kepedulian pemerintah sangat diperlukan dalam pengungkapan fakta yang ada sehingga dengan bersinerji bersama para ahli, ke depan diharapkan berbagai misteri yang saat ini masih digali akan mengungkap seputar sejarah kejayaan kerajaan yang sempat tumbuh dan berkembang di daerah ini.

Candi Peninggalan Sejarah di Sumatera Utara

Candi Peninggalan Sejarah di Sumatera Utara
Sumatera Utara banyak memiliki situs peninggalan 
sejarah yang sangat perlu dan penting untuk 
kepentingan kita semua.
Salah satu situs peninggalan
Hindu-Buddha berupa candi terdapat di 
Sumatera Utara bagian Selatan,
tepatnya di Kabupaten Padang Lawas. 
Disana terdapat sebuah Situs Percandian 
yang dinamakan Situs Padang Lawas.
Situs ini merupakan salah satu situs penting dari masa pengaruh
Hindu-Buddha (Klasik) di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera. 
Areal situs ini secara administratif terletak di wilayah tiga kecamatan, 
yakni Kecamatan Batang Pane, Kecamatan Lubuk Barumun, 
dan Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara.
Kepurbakalaan yang terdapat pada situs ini tersebar di sepanjang aliran 
Sungai Batang Pane, Sirumambe, dan Sungai Barumun,
terdiri dari setidaknya enambelas kompleks percandian atau dalam bahasa
setempat lebih dikenal sebagai biaro atau biara yang merupakan adopsi
dari kata dalam Bahasa Sansekerta, vihara yang berarti tempat
belajar mengajar dan ibadah khususnya bagi penganut agama Buddha (Ing. monastery). 
Nama lain yang dikenal oleh masyarakat adalahPortibi, yang dalam bahasa 
setempat berarti dunia.Nama-nama biaro itu antara lain adalah:
Sipamutung, Bara, Bahal (I,II, dan III), Sijoreng, Pulo, Sangkilon, Sitopayan, dan Sisoldop.
Berdasarkan sejumlah temuan yang didapatkan di situs ini, secara relatif biaro-biaro 
di Padang Lawas (Portibi) diperkirakan sudah eksis sejak abad ke-11 M. 
Data yang dijadikan acuan terutama adalah tulisan-tulisan kuno pada 
prasasti-prasasti yang ditemukan di situs ini. 
Salah satu dari beberapa prasasti itu adalah prasasti Gunung Tua, merupakan 
prasasti tertua yang ditemukan di situs ini, ditulis dalam aksara Jawa Kuna dan 
menggunakan bahasa Melayu Kuna, yang dipahatkan pada bagian belakang 
landasan sebuah patung yang diapit terbuat dari perunggu.
Saat ini sisa-sisa kejayaan kerajaan Panai itu masih dapat dilihat di situs Padang Lawas. 
Beberapa diantara biaro-biaro itu sudah dipugar seperti Biaro Bahal I dan Biaro Bahal II, 
Biaro Bahal III dan Biaro Sipamutung, sementara biaro-biaro lainnya 
karena kondisinya sudah teramat rusak mengakibatkan saat ini belum dapat dipugar.
Nama Candi yang terdapat di Padang Lawas:
1.    Candi Bahal I
2.    Candi Bahal II
3.    Candi Bahal III
4.    Candi Sitopayan
5.    Candi Bara
6.    Candi Pulo
7.    Candi Sipamutung
8.    Candi Tandihat I
9.    Candi Tandihat II
10.  Candi Sisangkilon
11.  Candi Manggis
Pada daerah ini termasuk situs percandian yang sangat banyak 
memiliki sejarah khususnya percandian,untuk itu hendaklah kita lestarikan dengan baik,
mengingat kondisi sebagian candi juga sudah sangat memprihatinkan dan beberapa candi
sudah hampir hancur dan tidak ada upaya pemugaran ataupun penanggulangan.
Dapat dipastikan jika kita tidak peduli dengan keadaan tersebut maka dalam waktu dekat ini
semua cerita dan sejarah yang memiliki nilai penting terhadap daerah tersebut pada
khususnya dan sejarah Indonesia pada umumnya akan hilang ditelan zaman.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara
http://wisatamelayu.com/id/dest/97/kota-medan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar